Burjo

Burjo adalah kependekan dari bubur kacang ijo (hijau). Seperti namanya, menu utama warung ini semula adalah bubur kacang hijau hangat dengan ketan hitam dan sedikit santan. Seiring dengan berjalannya waktu, muncul pula menu nasi telor dan nasi goreng magelangan. Namun tahun-tahun terakhir ini, tampaknya telah terjadi pergeseran selera masyarakat sehingga menu utama warung burjo lebih didominasi oleh mie instan dengan beraneka ragam nama yang kocak seperti mie tante (tanpa telur), intel (indomie telur), dkknya. Selain itu warung-warung burjo juga menyediakan berbagai jenis minuman, mulai yang tradional seperti teh dan kopi tubruk sampai minuman instan berbagai merek. Warung burjo juga menyediakan makanan-makanan kecil seperti pisang molen, kue-kue, kacang, krupuk, dkknya. Dan yang penting semua warung burjo buka 24 jam dan semua makanan dan minumannya dijual dengan harga mahasiswa (baca: murah meriah).

Ukuran warung burjo sangat beragam, mulai dari yang sangat sederhana berukuran 1m x 1,5 m dengan dinding terbuat dari tripleks atau anyaman bambu sampai dengan warung burjo yang berukuran 4m x 6m dan menempati ruko di jalan utama. Kepemilikan warung burjo bersifat perorangan, artinya setiap orang bisa membuka warung burjo. Meski demikian, kebanyakan pemilik warung burjo berasal dari Jawa Barat (Kuningan dan sekitarnya).

Keberadaan Burjo di wilayah Yogya dapat dikatakan ibarat jamur di musim penghujan. Di Yogyakarta ini terdapat ratusan (atau bahkan ribuan?) warung burjo karena hampir di setiap jalan dan gang minimal terdapat 1-2 warung Burjo. Katakanlah jika ada 1000 warung burjo, berarti setiap harinya akan membuang sampah bungkus mie instan sebanyak 20.000 - 40.000! Celakanya, sampai saat ini tidak ada pihak yang memanfaatkan sampah bungkusnya, alias membuangnya begitu saja. Padahal alam secara alami membutuhkan waktu hampir 1000 tahun untuk dapat mendegradasi setiap bungkusnya! Dari kunjungan tim kami ke beberapa TPA (tempat pembuangan akhir) di Yogyakarta, sampah bungkus mie instant hampir selalu terlihat menggunung atau berserakan di mana-mana karena sampai saat ini, sependek pengetahuan kami, belum ada yang secara serius menangani sampah yang satu ini. Berdasarkan pertimbangan sederhana inilah maka warung Burjo kami jadikan sebagai mitra gerakan 1TMI.


Telah banyak Burjo yang bergabung dengan gerakan kami, mereka ikut berpartisipasi dalam mengumpulkan bungkus - bungkus mie instan yang telah banyak di konsumsi oleh pelanggan mereka. Adapun Burjo - Burjo tersebut adalah :

1.

Ya, kami mau ikut perduli.




Pemilik: Bapak Kresna (asal: Bandung).
Lokasi: Jln. Kapas (Kledokan), Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


Read More......